Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Festival Budaya Faradje’ Pasaka Negeri di Sanggau

Advertisemen
Festival Budaya Faradje’ Pasaka Negeri di Sanggau

[ad_1]

Saat Anda menyambangi Provinsi Kalimantan Barat, ada acara menarik yang dapat dinikmati, yaitu Festival Budaya Faradje’ Pasaka Negeri dimana memadukan unsur agama, adat istiadat, seni budaya dan tatanan pemerintahan Islam. Festival ini selain dihadiri Majelis Kerajaan Nusantara Kalbar, juga mengundang perwakilan kerajaan dari berbagai daerah di Nusantara serta kerajaan negara tetangga dari Serawak (Malaysia) dan Brunei Darussalam.

 

Dalam Festival Budaya Faradje’ Pasaka Negeri Anda dapat menikmati berbagai atraksi seni dan budaya Melayu dari Keraton Surya Negara. Festival ini juga dimeriahkan berbagai perlombaan diantaranya adalah: lomba sampan, tari Jepin, lomba gambus, lomba Syair, lomba Hadrah, lomba dendang Melayu, lomba pangkak gasing, lomba membuat kue tradisional, lomba busana muslim, seni silat, sunatan masal, pameran, dan pasar rakyat.

Sanggau sendiri adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang wilayahnya berbatasan berbatasan langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur). Jauh sebelumnya Sanggau merupakan Kerajaan Melayu yang sudah ada sejak abad ke-4 M dan diteruskan oleh Keraton Surya Negara yang memerintah abad ke-18 dengan rajanya yang bergelar “Panembahan”. Nama Sanggau berasal dari pohon rambutan yang berkulit tebal dan isinya sangat tipis serta sangat berbahaya jika bijinya tertelan, bernama sangao.

Festival Budaya Faradje’ Pasaka Negeri merupakan ritual mengusir mara bahaya di negeri Sanggau Festival. Faradje’ Pasaka Negara berdasarkan bahasa budaya Istana Surya Negara yaitu, suatu acara perpaduan antara agama, adat istiadat, seni budaya dan tatanan pemerintahan Islam. Adat ini merupakan ritual sakral turun-temurun yang tetap terjaga dan dilaksanakan sepanjang tahun di lingkungan Kerajaan Surya Negara maupun disetiap kampung di seluruh wilayah Kabupaten Sanggau.

Faradje’ berasal dari bahasa Arab, yaitu: munfarijah, farajah, faraji, dan faraj yang berarti membersihkan kotoran. Faradje’ diselenggarakan dengan berkeliling kampung melibatkan banyak orang sambil membaca Surah Yasin dan Bacaan Qasidah Munfarijah. Acaranya diawali dari perkampungan yang dipimpin kepala desa bersama tokoh masyarakat beserta alim ulama dan lapisan masyarakat. Berikutnya kegiatan akan tergabung dalam skala besar dan serentak dilaksanakan pihak kerajaan.

Bacaan Faradje’ merupaka momen utama dalam rangkaian acara Festival Budaya Faradje’ Pasa Negeri di Kabupaten Sanggau. Bacaan ini merupakan ide awal penanaman Festival Budaya tersebut dengan Faradje’. Dalam pelaksanaan Lafal Faradje’ dibutuhkan beberapa orang yang disarankan berjumlah ganjil yang kemudian berbentuk sebah barisan yang dipimpin oleh seorang imam yang membaca Lafal Faradje’ yang berbunyi: “Isytaddi ajmantu tanfariji….”. Kemudian dijawab oleh makmum “Yaa Rabbihim wabi ‘aalihim, ‘ajil binnasriwabilfaraji” secara bersama-sama dengan suara keras dan lantang. Lafal ini dibaca terus-menerus hingga kembali lagi ke Keraton Surya Negara. Para pelafal bacaan tersebut dikenal dengan Laskar Lafal Faradje’.

Bacaan asli Faradje’ bernama “Qasidah Munfarijah”. Qasidah Munfarijah adalah bagian dari Qasidah Burdah yang merupakan karya dari bagian dari Imam Al-Busairy Rahimahullah. Qasidah Burdah karya Imam Al-Busairy adalah salah satu karya sastra Islam paling populer. Ia berisikan sajak-sajak pujian kepada Nabi Muhammad saw. yang biasa dibacakan pada setiap bulan Maulid/Rabiul Awal, bahkan dibeberapa belahan negeri Islam tertentu, Burdah kerap kali dibacakan dalam setiap even. Gubahan-gubahan al-Busairy memilki akar yang kuat dalam budaya dan kesejahteraan sastra di masa Rasulullah saw. Qasidah Munfarijah juga berhubungan dengan kisah Ibnu Al-Nahwi Al-Tawzari. Nama asli beliau adalah Yusuf bin Muhammad bin Yusuf, dan merupakan salah seorang Ulama Sufi ternama di Algeria. Beliau lahir di Tawzar, Selatan Yunisa sekitar tahun 1042 Hijriyah dan menetap di Msjid Bani Hammad, Masaylah.

Penyelenggaraan Faradje’ telah dimulai sejak 1700-an pada masa Sultan Abang Sebilang Hari bergelar Pangeran Ratu Surya Negara. Setelah masa pemerintahan Panembahan Gusti Muhammad Thahir Ill yaitu tahun 1940-an, ritual Faradje’ sempat tidak dirutinkan oleh masyarakat Melayu Sanggau namun ketika penobatan Drs. H. Gusti Arman, M.Si sebagai Pangeran Ratu Surya Negara tahun 2009, ritual ini kembali digelar setiap tanggal 26- 29 Juni.

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=Zk8bWE2w5ls?feature=oembed&w=1240&h=698]

Video via: GPD Corp. Sanggau


[ad_2]
Source link
Advertisemen

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
© Copyright 2017 berita waeaja - All Rights Reserved - Created By BLAGIOKE Diberdayakan oleh Blogger