Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

JagatPlay NgeRacau: Tulisan dan Persepsi!

Advertisemen
JagatPlay NgeRacau: Tulisan dan Persepsi!

[ad_1]

Hey guys, lama tidak berjumpa di salah satu rubrik “sampah” JagatPlay yang untung alasan yang kagak jelas, ternyata banyak yang doyan buat ngebaca. LOL. Cuman becanda. Gua pribadi sepertinya cukup bersyukur kalau tidak cukup banyak hal bodoh terjadi di industri game, terutama di tanah air, yang cukup buat nge-trigger gua buat bikin artikel NgeRacau. Tetapi karena pada dasarnya narsis dan pengen juga mengekspresikan sesuatu yang kagak mungkin gua lakuin via artikel JagatPlay pada umumnya, gua pengen nulis artikel NgeRacau yang lebih serius. Fokusnya sekarang sih bukan mau ngebahas isu yang lagi hangat or something, tetapi lebih ke edukasi terkait beberapa isu yang menurut gua, memang pantas untuk diperhatiiin. Sesuatu yang menurut gua, sebagai orang yang nulis artikel, pantas lu pikirin sebagai pembaca. Kehitung bunuh diri sih sebenarnya. Mengingat gua bukan anak jurnalistik, jadi gua kurang tahu apakah dua hal yang gua tulisin sebagai judul di atas adalah sesuatu yang dipelajarin atau diedukasiin ke para calon wartawan dan penulis tersebut. Dengan pendidikan resmi,  mereka tentu akan bisa lebih tahu dan paham buat bantuin lu jelasin apa yang pengen gua bicaraiin kali ini. Ini artikel NgeRacau tentu kagak diracik dengan usaha untuk jadi pengen kelihatan sok tahu atau sejenisnya, tetapi lebih ke nyuaraiin apa yang gua rasaiin sebagai seorang penulis artikel dan reviewer selama setidaknya, 6 tahun terakhir. Sebuah resep yang mungkin gua lakuin secara sengaja ataupun tidak sengaja. Tetapi di sisi lain, mengingat begitu banyaknya artikel online yang lu baca di luar JagatPlay, apalagi kalau udah berhubungan dengan politik misalnya, maka menurut gua pemahaman seperti ini adalah sesuatu yang esensial untuk bikin lebih pinter. Bener banget, kita harus ngobrolin soal tulisan dan persepsi. Apaan dah itu? Ayo kita c’mon ngobrolin ini (sampah banget ini bahasa gado-gado):

Persepsi

Kalau lu sempat baca artikel di media online apapun, terkait sebuah peristiwa atau deskripsi terkait fakta yang terjadi di lapangan, maka lu sebagai pembaca sudah pasti menyerap informasi yang menurut lu, esensial. Karena dari informasi apapun yang dilemparin ke itu tulisan, ada satu ekstra pengetahuan, sekecil apapun yang lu dapatin dan kemudian lu internalisasi sebagai bagian dari hidup lu. Keping informasi yang lu anggap sebagai sesuatu yang benar. Pelan tapi pasti, informasi yang lu putuskan untuk berakhir jadi bagian dari hidup dan otak lu tersebut, akan mempengaruhi persepsi lu pada isu-isu tertentu. Persepsi terkadang berakhir menentukan sikap, tingkah laku, hingga keputusan tertentu. Dan percaya atau tidak, semuanya bisa dimulai dengan satu buah tulisan yang dikerjakan oleh penulis kayak gue, baik sengaja ataupun tidak sengaja. Gua sebenarnya sempat ngobrolin soal ini via sesi live-streaming tempo hari. Bahwa penulis, bahkan untuk artikel berita atau review sekalipun, termasuk video game kayak gua, sebenarnya punya satu kebebasan di balik proses kreatif sebelum meracik tulisan yang berakhir lu baca â€" NARASI. Secara gua enggak pernah kuliah jurnalistik, gua mulai “ngeh” soal ini konsep ketika nonton salah satu film yang menang Oscars tempo dulu â€" SPOTLIGHT. Film berdasarkan kisah nyata yang nyeritaiin soal kelompok wartawan investigatif dari Boston Globe yang berusaha ngebongkar kisah pelecehan seksual pada anak yang dilakuin para Pastor di masa lampau itu memang cakep parah, setidaknya ngasih lu informasi soal kehidupan wartawan yang lebih masuk akal dan kagak lebay, dan seberapa intens kerjaan mereka. Ada satu scene yang menarik buat gua di situ.

Ketika informasi dari orang dalam udah kekumpul di kala itu dan hampir naik cetak, salah satu wartawan Spotlight pengen konfirmasi kira-kira nama-nama pedofil dengan kedok Pastor yang mereka milikin itu memang legit atau kagak. Enggak ada lagi cara yang lebih baik dan pasti, selain langsung konfrontir salah satu Pengacara yang selalu ditunjuk sebagai pembela dari kasus-kasus tersebut. Tetapi karena masalah etika pengacara yang mereka anut, si Pengacara tentu kagak boleh ngasih informasi atau sekedar konfirmasi apakah nama-nama yang dimilikin oleh wartawan itu memang legit atau kagak. Mendesak dan ngerasa bahwa ini adalah isu penting yang harus diketahuin oleh seluruh penduduk Boston, si wartawan Spotlight yang diperanin sama Michael Keaton pun hadir dengan sebuah ancaman yang gua kagak pernah tahu, bisa lu mainin dari sekedar data dan informasi. Ancamannya ke pengacara itu terdengar sederhana. Dari semua proses investigasi dan nama-nama yang terlibat dalam kasus pelecehan seksual ini, si karakter Michael Keaton hadir dengan dua opsi. Bahwa dengan data dan informasi yang mereka punya, mereka bisa ngeracik 1 di antara 2 artikel ini di akhir:

  1. Artikel ini ditujukan untuk membahas para pelaku pedofilia yang masih diperkenankan menjadi pemuka agama karena cacatnya sistem yang ada.
  2. Artikel ini ditujukan untuk membahas bagaimana para Pengacara menggunakan kasus pedofilia ini untuk mengeruk keuntungan, menyembunyikan kasus anak-anak yang menderita dari publik, dan terus mengeksploitasinya.
Dari sana, gua belajar bahwa dengan informasi dan data yang tepat, lu ternyata bisa meracik begitu banyak NARASI sesuai dengan kebutuhan dan keinginan lu sebagai penulis, secara sengaja atau tidak sengaja, dengan ingin melahirkan satu agenda tertentu ataupun tidak. Karena percaya atau enggak, walaupun berbasiskan satu kasus yang sama, jika tulisan Boston Globe tersebut berakhir jadi salah satu di antara dua tulisan yang diungkapin sama si Michael Keaton, maka lu akan berakhir punya dua persepsi yang berbeda terkait satu data yang sama. Tulisan pertama akan membuat lu mempertanyakan keseriusan organisasi keagamaan untuk melindungi pengikut mereka. Sementara tulisan kedua akan membuat itu kagak jadi fokus, dan tuduhan “amoral” akan lebih mengarah ke kelompok pengacara yang “sekedar” ngelakuin tugas dan tanggung jawab profesi mereka. Beda tulisan, beda persepsi. Kekuatan tulisan yang lu baca dan lu serap sebagai informasi itu benar-benar enggak bisa lu remehin begitu saja. Kalau enggak bersikap kritis ataupun sekedar ingin mencari tahu soal kebenaran data di balik satu informasi ataupun ingin mencari tahu apakah sang penulis punya agenda tersendiri atau tidak, maka persepsi lu akan dengan mudah diubah. Perspesi yang berubah berarti sikap yang berubah pada objek atau sikap tertentu, tingkah laku yang juga ikut menyesuaikan diri, serta pemahaman yang bisa berakhir berbeda dengan nilai yang udah lu internalisasi sebelumnya. Ini kita bicara soal media cetak masa lampau. Sekarang bayangkan “kekuatan tulisan” untuk orang-orang yang enggak paham bahwa secara tidak sadar, begitu mereka mengiyakan, ia akan otomatis mengubah persepsi yang ada. Tags: , ,


[ad_2]
Source

Advertisemen

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
© Copyright 2017 berita waeaja - All Rights Reserved - Created By BLAGIOKE Diberdayakan oleh Blogger