Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

JagatPlay di E3 2018: Wawancara dengan Shuhei Yoshida!

Advertisemen
JagatPlay di E3 2018: Wawancara dengan Shuhei Yoshida!

[ad_1]
Shigeru Miyamoto di Nintendo dan Shuhei Yoshida di Sony Playstation, adalah dua sosok petinggi perusahaan industri game yang sosoknya seperti “ayah” untuk kita semua. Ada yang istimewa dengan keduanya, bahwa di luar dari fakta mereka merupakan petinggi di perusahaan raksasa, pemikiran mereka tidak selalu terpusat pada bisnis saja. Anda bisa melihat bahwa sisi mereka sebagai seorang gamer, terasa lebih kental dan kuat. Lihat saja sosok Yoshida-san yang berhasil kami wawancarai di sebuah kesempatan di ajang E3 2018 kemarin. Kita bicara soal petinggi yang keramahannya tidak pernah lagi diragukan. Presiden perusahaan sebesar Sony yang masih menggunakan kereta bawah tanah di Jepang untuk berjalan-jalan, seorang petinggi yang berhasil mendapatkan Platinum Trophy di Bloodborne, dan selalu terbuka pada begitu banyak ide dan pertanyaan. Sosok yang berhasil kami ajak bicara. Bertempat di sebuah hotel, Yoshida-san membuka diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari perwakilan media Asia Tenggara, termasuk JagatPlay mewakili Indonesia. Yang menarik adalah fakta bahwa ia sama sekali tidak menutup diri untuk menjawab variasi pertanyaan yang dilontarkan, bahkan yang tidak berhubungan langsung dengan Playstation sekalipun. Ia terlihat cukup tenang dan santai menanggapinya, terlepas dari fakta bahwa ia merupakan sosok penting yang bisa dengan mudah, menyetir arah kendali kemana arah Playstation sebagai sebuah brand, untuk bergerak ke arah tertentu. Lantas, pertanyaan apa saja yang diajukan kepada sosok Yoshida-san ini? Berikut adalah rangkuman ini: Mengetahui sosok Yoshida-san sebagai seorang gamer, kami langsung membuka sesi tanya-jawab ini sesuatu yang tentu saja memancing penasaran banyak orang: Apakah Yoshida-san sudah memainkan Death Stranding, seperti beberapa tim Sony yang lain? Secara mengejutkan, ia ternyata belum mencicipinya. Yoshida menyebut bahwa ia saat ini berada dalam posisi yang sama dengan gamer kebanyakan, dan selalu terkejut melihat hal-hal baru apa saja yang dibawa oleh Kojima Productions di atas panggung. Satu yang menarik di E3 2018 kemarin adalah fakta bahwa Microsoft â€" sang kompetitor utama saat ini memang mulai memperkuat barisan dan berusaha menarik kembali kepercayaan publik dengan membeli dan menggandeng beberapa studio developer baru. Lantas, bagaimana dengan reaksi Sony terhadap aksi ini? Yoshida-san menegaskan bahwa di sisi Sony, tidak ada yang berubah. Mereka masih akan terus mendukung developer-developer first party mereka. Untuk sementara ini, strategi yang mereka proyeksikan lewat judul-judul seperti God of War atau Horizon: Zero Dawn berhasil. Judul yang mereka pertontonkan di E3 2018, dari Spider-Man hingga The Last of Us Part II memperlihatkan komitmen tersebut. Terkait dengan kemungkinan kita akan melihat rilis ulang game-game Playstation 1 dan Playstation 2 populer, Yoshida-san mengetahui bahwa permintaan tersebut cukup kuat, terutama untuk judul-judul seperti Legend of Dragoon. Ia menyebut bahwa Sony sendiri sepertinya sudah masuk dalam proses remake game-game lawas seperti ini, seperti yang ia tunjukkan dengan Shadow of the Colossus. Namun mereka harus mengakui bahwa Sony saat ini punya resource yang terbatas untuk memenuhi semua permintaan fans. Selalu ada konflik, apalagi mereka harus selalu mengerjakan judul game baru. Mereka harus hati-hati melihat kira-kira judul apa yang menarik untuk diangkat kembali. Di Jepang, Sony punya strategi berbeda â€" dimana proses Remaster dan rilis ulang tersebut diarahkan untuk pasar mobile, dengan beberapa di antara mereka bahkan mendapatkan seri terbaru. Yoshida-san juga mengungkapkan rasa optimisme dan ketertarikannya untuk mendorong judul Playstation ke pasar mobile karena kemudahan akses dan betap a umumnya perangkat ponsel pintar saat ini. Berbicara soal dukungan pada judul indie yang dianggap banyak orang “tenggelam” saat ini dimana fokus terlihat hanya pada game-game AAA eksklusif untuk Playstation 4 saja, Yoshida menegaskan kembali komitmen Playstation untuk judul-judul seperti ini. Walaupun saat ini mereka tidak punya ruang untuk mempertontonkan game-game indie ini di panggung utama, namun mereka memperlihatkan dukungan tersebut langsung di booth. Mereka mempersiapkan tempat untuk setidaknya 14 buah game Playstation VR untuk dijajal, yang sebagian besar dari mereka merupakan produk indie. Komitmen dukungan pada developer indie, tidak pernah berubah. Yoshida juga menyebut bahwa dukungan ini tidak lantas “terkunci” hanya pada PSVR saja karena gamer bisa melihat begitu banyak game indie keren tetap masuk ke dalam Playstation Store setiap minggunya. Satu hal yang unik di E3 2018 kali ini, dan juga tahun lalu, adalah fakta bahwa Sony tidak memanfaatkan moment ini untuk memperkenalkan judul-judul game baru sama sekali, terutama untuk eksklusif. Ini tentu saja memancing rasa penasaran kami. Apakah Playstation memang menyimpannya untuk event-event akhir tahun atau jangan-jangan ini merupakan pertanda bahwa kita sudah tengah bersiap masuk ke era Playstation 5? Yoshida sendiri masih belum bisa mengkonfirmasikan apapun terkait event yang akan mereka kunjungi setelah E3 2018, walaupun Tokyo Game Show sudah bisa dipastikan. Namun untuk game eksklusif sendiri, Yoshida menyebut bahwa saat ini mereka masih punya proyek game eksklusif rahasia yang belum diumumkan kepada publik. Namun sayangnya, ia tidak bisa berbicara banyak. Berbicara soal monetisasi di game-game eksklusif Playstation 4, Yoshida-san menyebut bahwa apa yang mereka pertontonkan di rilis produk teranyar mereka sepertinya jadi bukti yang cukup soal komitmen mereka. Sony tidak akan merilis game dengan hanya melepas Chapter pertama saja dan kemudian meminta gamer menunggu update atau membayar lebih. Sistem seperti ini bisa bekerja di game lain seperti The Walking Dead, namun tidak untuk kami. Sony lebih berfokus menghasilkan sebuah game yang pada dasarnya sudah rampung, walaupun di beberapa titik, mereka juga berupaya memperluas cerita yang ada dengan melepas expansion pack, seperti Frozen Wilds untuk Horizon Zero Dawn misalnya. Mereka akan terus melanjutkan hal ini. Namun Yoshida-san juga mengakui, bahwa ada satu hal yang bisa mereka pelajari dari bisnis game mobile, yakni seberapa aktifnya developer game mobile mencari data perilaku soal bagaimana konsumen bermain, apa yang mereka suka, apa yang mereka favoritkan, dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk melahirkan konten yang disukai. Sony mulai mengaplikasikan gaya serupa untuk game racikan mereka, single-player ataupun multiplayer. Sebagai contoh? Jika data memperlihatkan banyak gamer berhenti memainkan sebuah game di satu titik spesifik, maka sudah saatnya melihat apa yang terjadi di sana. Apakah ia terlalu sulit? Apakah ada sesuatu yang perlu diubah? Itu yang mereka pelajari di sana. Satu yang menarik dari game eksklusif Sony, sebagian besari dari produk mereka memang lebih difokuskan pada game single-player saja. Apakah Sony tidak tertarik meracik game eksklusif yang berfokus pada sisi multiplayer? Yoshida-san menegaskan bahwa Sony sendiri tidak pernah tertarik untuk sekedar mengikuti tren dan apa yang populer yang tengah terjadi di industri game begitu saja. Setiap studio yang berdiri di bawah bendera mereka punya kebebasan untuk mengeksplorasi kekuatan mereka masing-masing. Sony lebih memilih untuk bertahan dengan apa yang mereka sukai dan memang punya kekuatan di sana, yang notabene merupakan game-game single player. Hal ini jugalah yang akan terus mereka pertahankan di masa depan. Yoshida-san juga menyempatkan diri untuk berbicara soal Spider-Man yang rencananya akan dirilis di bulan September 2018 mendatang. Proyek eksklusif yang ia sebut unik, mengingat jarang Anda akan menemukan game ekskslusif Playstation didasarkan pada adaptasi film / komik. Game-game adaptasi seperti ini seringkali berkompromi dengan kualitas di masa lalu, dimana ia seringkali berujung ditangani dan diperlakukan tidak lebih dari sekedar merchandise saja. Kualitas yang buruk ini membuat proyek adaptasi seperti ini pelan tapi pasti, mati. Namun dengan Spider-Man yang kini diracik di Insomniac, diperlakukan layaknya tengah mengerjakan sebuah film baru Spider-Man. Kerjasama antara Insomniac dan Marvel melahirkan cerita baru dan sensasi open-world yang selama ini, memang jadi salah satu kekuatan utama Insomniac selama ini. Yoshida-san juga sedikit berkomentar soal Resident Evil 2 Remake. Ia melihat proyek ini tidak sekedar sebuah remake belaka, dimana Capcom terlihat melakukan sesuatu yang lebih dari hanya mempercantik visual di sini. Ia sangat tidak sabar untuk mencicipinya di Januari 2019 mendatang. Mengingat beliau adalah seorang penggemar berat Bloodborne, kami juga menggunakan kesempatan yang sama untuk bertanya soal level penasarannya terkait Sekiro: Shadows Die Twice pula, yang notabene diracik oleh developer yang sama â€" From Software. Yoshida juga sayangnya, belum mencicipi game ini, namun menyoroti keunikan dan keanehan yang terjadi di industri game saat ini. Secara tiba-tiba, gamer disuguhkan dengan tiga judul game yang semuanya mengambil tema Jepang kuno â€" Sekiro, Ghost of Tsushima, dan juga NioH 2. Ia mengaku ingin segera mencicipi ketiganya. Tags: , , , ,

[ad_2]
Source
Advertisemen

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
© Copyright 2017 berita waeaja - All Rights Reserved - Created By BLAGIOKE Diberdayakan oleh Blogger